Minggu, 28 Juli 2013

BLAST

BAB IV BLASTING 

 

4.1 Pengertian.

 

                Blasting adalah tahap ketiga dari kegiatan penambangan di PT.GTM.Blasting dapat di artikan sebagai suatu cara untuk memudahkan penambangan batuan dengan cara diledakan dengan cara memasukan campuran bahan peledakan ke dalam lubang peledakan yang sudah dibor, agar batuan keras dan padat dapat hancur.

 

 4.2 Alat dan Bahan yang digunakan. 

                Peralatan blasting adalah semua perangkat yang dipergunakan untuk blasting/peledakan. Peralatan blasting dapat dipergunakan berkali-kali. Alat tersebut adalah: 

1.Blasting Machine. 

2. Ohm meter. 

3.Kabel blasting (induk). Bahan peledak adalah bahan yang di pergunakan untuk proses peledakan. Bahan peledak hanya dapat dipergunakan satu kali saja pada setiap proses peledakan karena setiap bahan yang dipakai dapat meledak dan musnah. 

 

 Bahan peledak yang dipergunakan adalah: 

1. Ammonium Nitrate. 

2. Fuel Oil (solar). 

3. Detonator. 

4. Dynamit. 

 

4.3 Geometri peledakan. 

 

                 Geometri peledakan adalah susunan atau rangkaian antara lubang peledakan pada satu lokasi peledakan,adapun spacing (jarak antar lubang dalam satu row) adalah 3,2 m dan Burden (jarak antara row pertama dangan free face) adalah 2,7 m. Adapun sketsa rangkaian adalah sbb. 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

                                               Gambar Sketsa geometri peledakan.

              

                    4.4 Penyambungan kabel Peledakan menggunakan metode listrik dan ada beberapa cara penyambungan listrik (wirering) yaitu seri, pararel dan seri pararel.

 

 3.4.1 Penyambungan seri. 

 Prinsip dasar: R total =R1+R2+R3+……… Rn=nR i total =i1=i2=in volt =i(n R). 

                Dalam peladakan seri , hubungan yang sudah lengkap harus di uji kontinuitanya dangan teliti. Arus peledakan paling rendah 1,5 Ampere ( dalam satu detonator), supaya tiap-tiap di detonator dapat berfungsi sebagai mana mestinya. 

 

3.4.2 Penyambungan pararel. 

 Prinsip dasar 1/R total =1 + 1 + 1 R1 R2 Rn I total = i 1 + i 2 + i 3 + …..+ in. 

                 Hubungan yang sudah lengkap,tidak dapat di test kontinuitasnya ,tetapi tiap-tiap sambungan dapat di test dengan ohm meter,sebelum dimasukan.

 

 4.5 Mengetahui produksi peledakan. 

 

 3.5.1 Jumlah batu yang diledakan. 

 

                 Jumlah batu yang diledakan tergantung pada jumlah lubang, jarak, burden serta kedalaman lubang itu sendiri. Rumus dasar : Spacing x burden x depth x jumlah lubang.

 Contoh: Misalkan, maka, 

Spacing = 3,2 m =3,2 x 2,7 x 12 x 11

 Burden =2,7 m =1140,48 m3 Depth = 12 m 

Jumlah lubang = 11 lubang. 

 

3.5.2 Ammonium nitrate. 

 

 Jumlah ammonium Nitrate tergantung pada kedalaman lubang dikurangi dengan jarak steaming,jumlah anfo perlubang dan jumlah lubang. Rumus dasar : (depth-steaming) x jumlah per 1 meter anfo x jumlah lubang. Contoh: Misalkan berat per 1 meter anfo pada lubang ialah 3,6 kg dan steamingnya 3 meter maka, (12-4) x 3,6 x 11 = 356,4 Kg. 

 

3.5.3 Banyaknya dynamit. 

 

Banyak dan beratnya dynamit dalam 1 kali peledakan sangat dipengaruhi oleh jumlah lubang, banyaknya dynamit persatu lubang dan berat per 1 dynamit. Contoh : Misalkan berat satu dynamit 0,25 kg dan satu lubang terdiri dari 2 dynamit maka, 0,25 x 2 x 11 = 5,5 kg. 4.6 Powder factor/blasting ratio. Powder factor/blasting ratio hasil perbandingan antara banyaknya bahan peledak dibagi dengan jumlah batu yang diledakan dengan catatan tidak melebihi 0,3 kg/m3 karena jika melebihi angka tersebut dianggap tidak ekonomis. Contoh:Berat bahan peledak(anfo+dynamit)=356,48+5,5kg dan Jumlah batu yang diledakan 1140,48 m3 Maka 356,4 + 5,5 =0,3kg/ m3 1140,48 Itu artinya setiap 0,3kg bahan peledak dapat peledakan batu sebanyak 1 m3 batu.

Sabtu, 06 Juli 2013

Geoogy Pertambangan SMK Assalam Garut

Sudah 2 years  lamanya saya menempuh pendidikan di SMK Assalam yang terletak di Samarang Garut..................


dari dua tahun itu kini telah berlalu,,, sudah 4 bulan saya merayakan kelulusan